01.06 -
puisiku
No comments
Mata Bajak
setelah kau meraya dari kandung menuju kandang
malu telanjang,merasakan pahit ilalang.
Pernah aku menyuruhmu,jangan datang
supaya kau tak salah memaknai,
guratan guratan terjal di tubuh ibumu dan
waktu yang mengering di tapakku,
sebagai hasil kikisan tangismu.
Jangan kau jadi sepertiku,anakku
menggurati ladang ibumu dengan mata bajak tumpul,
menabur benih dengan sedikit irigasi.
Kau kan tahu anakku
setelah kau meraya dari kandung menuju kandang
yang petama ingin kuberi adalah sandang,
supaya kau tak malu telanjang.
Aku akan mengajakmu ke tanah lapang,
dimana ada manis ilalang.
Menyekolahkanmu terbang,supaya tak ada satupun mata bajak yang mengguratmu,
dan mengajarimu mengeja urat ilalang,supaya kau memaknai tiap garisnya,adalah
jerih payahku dan ibumu.